Kamis, 04 November 2010

makalah kampung ilmu



BAB I
A.  Nilai PKL Buku Jalan Semarang
Disadari oleh berbagai pihak bahwa untuk menjadi bangsa yang maju dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sedangkan sosok manusia yang berkualitas dapat diraih melalui pendidikan, baik melalui pendidikan formal atau non formal. 
Salah satu cara pembelajaran  adalah dengan membaca. Dengan membaca baik buku atau studi di lapangan keduanya sangat penting peranannya dalam membangun manusia Indonesia. Dalam konteks  kali ini , buku adalah bagian penting dalam proses pembangunan masyarakat Indonesia.
Mahalnya buku baru yang beredar di masyarakat menjadi salah satu hambatan dalam mengakses informasi dan  menggali pengetahuan .  khususnya untuk masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah.  Tidak meratanya kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dalam masyarakat dapat mengganggu tujuan dari bangsa ini.
Maka alternatif pengganti buku baru,yaitu keberadaan buku bekas. Buku bekas dirasa mampu dibeli oleh masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah karena harga yang yang terjangkau. Sehingga keberadaan buku – buku bekas memiliki nilai bagi kelompok penggunanya. Selain itu di kampung ilmu juga terdapat buku – buku koleksi lama yang tidak / jarang dijual di toko – toko buku.
Tak bisa dipungkiri keberadaan pedagang buku -  buku bekas sangatlah dicari oleh masyarakat. Keberadaan kampung ilmu yang terletak dijalan semarang Surabaya,menjadi solusi  dalam menyediakan buku – buku berkualitas dengan harga terjangkau.

B.   Sejarah Pedagang Kaki Lima Jalan Semarang
Berbicara kampoeng ilmu tentu tidak lepas tentang berdirinya toko buku bekas diarea jalan semarang terletak ±45 meter dari stasiun Pasar Turi, area yang menjadi cikal bakal icon perdagangan buku bekas di Surabaya ini sudah melewati tiga generasi.

Tempat ini menjadi sangat strategis dan menjadi pilihan utama bagi pedagang buku, pasalnya :
a.     Rombong-rombong buku ini berdiri berhadapan langsung dengan usaha pembuatan kusen serta penjualan mebeul yang juga memiliki sejarah dan nama besar di dunia perkusenan Jl. Semarang.
b.    Sementara dibelakangnya berdiri megah ruko yang menjual dan menyediakan berbagai jenis onderdil serta mesin berkualitas dan ada pula beberapa bank.
c.     Dari Kota lain seperti Gresik, Lamongan Tuban dan Bojonegoro dengan hanya Rp.2000,- bersama Kereta Rangkaian Diesel (KRD) pada jam 07.00 pagi sudah berada di Jl. Semarang.
d.    Sementara Pelanggan yang datang dari Banyuwangi sampai Tulung Agung naik Kereta Api pada jam yang sama sudah berada di Stasiun Semut. Dengan berjalan kaki sambil menyambangi Tugu Pahlawan dalam waktu 5 menit sudah berada di Jl. Semarang.
e.     Masyarakat ada kalanya takut naik Sepur, mereka lebih memilih naik bus. Dari Terminal Bungu Asih naik Bus Kota jurusan Jembatan Merah kurang lebih 1 jam perjalanan sudah berada di pasar buku Jl. Semarang.

Generasi pertama penjualan buku bekas di Surabaya sudah dimulai semenjak tahun 1972-1982. Dengan jumlah yang masih minim dan hanya menjual majalah bekas, pada tahun 1982 kedelapan stand generasi pertama akhirnya berakhir dengan relokasi diarea pasar Blauran karena dikejar-kejar aparat keamanan dengan dalih penertiban demi keindahan kota.

Tahun 1990 muncul kemabali generasi kedua, pedagang buku yang mengambil posisi di lokasi lama. Generasi kedua ini mampu bertahan sampai pada tahun 1998, yang akhirnya juga direlokasi dan digabung dengan pedagang buku lain diPasar Baluran.

Memasuki krisi moneter tahun 1999, generasi ketiga pedagang buku lahir kembali dilokasi lama dan bertahan hingga saat ini. Meskipun demikian para pedagang digolongkan menjadi dua jenis yang pertama yang memilki stand berupa toko dan yang kedua adalah ala pedagang kaki lima yang berjualan dipinggi-pinggir jalan Semarang. Di era generasi ketiga ini lahir paguyuban yang mewadahi para pedagang tersebut, bernama Serikat Pedagang Kaki Lima Bubutan Surabaya (SPKLB-Surabaya). SPKLB inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya kampong ilmu.

















BAB II
A.  PRA RELOKASI
Sejak diberlakukanya Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor : 17 Tahun 2003 tentang pengembalian fungsi jalan, jembatan dan trotoar, Perda ini berdampak pada hilangnya mata pencaharian sebagian masyarakat Kota. Karena Perda ini dimaksudkan untuk mengobrak-abrik lahan usaha seluruh PK 5 se Surabaya. Dan hampir seluruh PK 5 mengetahui maksud Perda ini, tetapi langkah kongkrit mengantisipasi musim Gusuran ini belum diketahui.
Obrolan ini terjadi setahun sebelum gusuran PK5  Buku Jl. Semarang dilakukan. Beraneka ragam ungkapan yag diobrolkan, diantaranya tentang buku dan manfaatnya, tidak tersedianya lahan baru untuk merelokasi korban penggusuran terutama pada PK5 buku dan lainnya. Rombong berukuran 2 m X 2,5 m dan didirikan berjajar sampai simpang tiga Jl. Raden Saleh depan Stasiun Pasar Turi Surabaya ini tidak lama lagi akan dimusnahkan. Secara swadaya, pedagang kampung ilmu mengonsep format baru tempat berjuala. Tetapi tidak harus mengganggu parkir ruko dan tidak pula diatas trotoar bahkan bila desain ini terlaksana akan diberi nama Kampoeng Ilmu.
Belumlah desain itu selesai secara maksimal, tetapi sudah tergambar bahwa lokasi diatur dalam dua lantai terdiri lantai dasar untuk parker ruko dan dilantai atas untuk jualan buku. Tetapi tiba-tiba tanggal 14 Maret 2008 datang surat Camat Bubutan Surabaya Nomor : 050/177/436.9.2/2008 tanggal 14 Maret 2008 tentang penertiban Lokasi PK5 Buku Jl. Semarang dan ditentukan hingga tanggal 21 Maret 2008 harus dalam keadaan kosong. Dan selanjutnya agar PK5 mencari sendiri tempat usaha yang baru.
B.   PADA HARI ”H”
Menggusur Buku Bekas dan Pedagangnya sangat berbeda dibanding meng obrak-abrik ditempat lainya. Persoalanya ada pada manfaat yang diperoleh dari buku itu sendiri, disamping dapat menambah wawasan juga dapat menumbuh kembangkan minat baca masyarakat, yang mestinya ini dapat dijadikan kebutuhan dan milik bersama tidak peduli buku itu baru atau bekas yang penting layak dibaca, lengkap dan harganyapun dapat dijangkau untuk memudahkan masyarakat memenuhi kebutuhan membaca buku serta mendukung upaya Pemerintah Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, Menghapus Kebodohan dan Memusnahkan Buta Huruf  dari Kota Pahlawan ini. Karenanya hanya ada satu pilihan “Aksi atau Bodoh”. Segala persiapan mulai dari penulisan spanduk, bendera dan yang lainya dilakukan dengan semangat membara.
tanggal 31 Maret 2008 peserta aksi terdiri dari Pedagang buku, LMND, SRMI dan Komunitas Pecinta buku lainya mempersiapkan keberangkatan, beberapa diantara mereka ada yang meminta dukungan melalui tanda tangan di atas kain putih sepanjang 100 meter dan selama kurang lebih 3 jam dukungan  dimaksud terkumpul lebih dari 2.000 tanda tangan (kain yang telah ditanda tangani ini diserahkan kepada Pemerintah Kota Surabaya melalui Asisten I Bidang Pemerintahan) kemudian peserta aksi bergerak menuju Kantor Wali Kota dengan berjalan kaki.
Sesuai kesepakatan saat melakukan aksi tanggal 31 Maret 2008 dan atas perintah Asisten I agar Pedagang Buku Jl. Semarang mengirimkamkan 3 orang utusan untuk menerima hasil keputusan Rapat antar Instansi bersama Wali Kota Surabaya. Hasil Keputusan rapat Antar Instansi Terkait Bersama Wali Kota Surabaya tanggal 01 April 2008 :
1.              Bahwa untuk menjaga dan melestarikan Jl. Semarang sebagai Icon Buku Bekas Kota Surabaya.
2.              Bahwa untuk menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan mengembalikan fungsi jalan dan trotoar.
3.              Bahwa sesuai Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor : 17 Tahun 2003.
4.              Bahwa untuk itu perlu dilakukan penertiban terhadap PKL buku Jl. Semarang dan dipindahkan di Tanah Eks Dinas Pekerjaan Umum ( DPU) Milik Pemerintah Kota Surabaya terletak di Jl. Semarang No. 55 RT.08 RW.07 Kelurahan Tembok Dukuh Kecamatan Bubutan Kota Surabaya.
5.              Bahwa untuk memudahkan relokasi ini ditugaskan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) untuk mempersiapkan Lahan dimaksud sampai selesai.
6.              Bahwa selama proses persiapan, kepada Dinas atau instasi yang berkepentingan untuk itu tidak berhak melakukan penggusuran terhadap PKL Buku Jl. Semarang.
7.              Bahwa dalam kurun waktu 7 hari, selanjutnya diperintahkan kepada PKL Buku Jl. Semerang untuk menempati Lokasi tersebut dan tidak dibenarkan menempati kembali tempat asalnya.
8.              Hal-hal yang berkenaan dengan tanah tersebut termasuk Surat Perintah Menempati Lokasi tersebut  akan diselesaikan kemudian.
C.  PASCA HASIL KEPUTUSAN RAPAT WALIKOTA
pada hari Rabu tanggal 09 April 2008 Keluarga Besar Penghuni Kampoeng Ilmu mengadakan syukuran ditandai dengan pemotongan tumpeng serta k kerja bakti saat menempati lahan baru, meskipun disana sini tampak semak dan belukar serta pecahan beton cor yang berserakan dan tumpukan sampah yang menggunung,
Tahun pertama berdiri omzet kampung ilmu mengalami penurunan drastis, banyak sekali pedagang yang mengeluh. Hal ini disebabkan tempat relokasi yang kurang mendukung, yang mana lokasi tersebut eks tempat pembuangan sampah. Hampir selama 1 tahun berjalan, pedagang memilki omset yang pasti












BAB III
  1. KONSEP WISATA PENDIDIKAN
Sebuah pasar dengan konsep bisnis adalah hal yang klasik yang kita semua ketahui. Tetapi sebuah pasar dengan konsep bisnis namun berwawasan social adalah terobosan baru dalam pembangunan kota Surabaya, baik secara sector ekonomi ataupun social. Dari isi ekonomi, adanya kampung ilmu ini secara otomatis akan mengurangi tingkat pengangguran  di kota Surabaya yang pastinya akan mengurangi beban dari pemerintah kota dalam kaitan pengentasan kemiskinan. Dari sudut social, keberadaan kampung ilmu memberikan banyak program – progam pendidikan non formal
gagasan yang cukup mendapat tantangan sebelumnya, karena hal tersbut mendapatkan resistensi dari pemerintah kota terkait konsep yang jelas terkait pembangunan area pedagang buku .
Ide wisata pendidikan  ini muncul semenjak  relokasi pedagang buku jalan semarang ke area kampong ilmu. Berangkat dari kepedulian pedagang terhadap kesempatan masyarakat yang tidak merata dalam hal pendidikan. Sehingga secara swadaya, pedagang – pedagang yang tergabung  dalam Serikat Pedagang Kaki Lima Bubutan Surabaya (SPKLB-Surabaya)
Realisasi wisata pendidikan ini sudah di wujudkan dengan pembangunan kolam renang dan pendopo sederhana yang dibangun dengan dana swadaya pedagang. Yang jumlahnya Rp. 40.000/pedagang. Hadirnya pendopo yang digunakan sebagai tempat diadakannya forum diskusi, acara – acara social yang diadakan kampung ilmu. Sedangkan kolam renang sendiri adalah wujud dari kepedulian pedagang – pedagang terhadap kurangnya fasilitas – fasilitas hiburan yang murah. Dengan adanya fasilitas tersebut pengunjung tidak hanya bisa berbelanja saja tetapi bisa sekadar bersantai didalam pendopo dan anak – anak bisa bermain dikolam renang.
  1. KAMPUNG ILMU SEBAGAI PENYEDIA BUKU
Seperti yang telah dituliskan diawal – awal bahwa nilai dari sebuah buku sangatlah penting dalam konteks pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Oleh karena itu ketersediaan buku – buku murah mutlak diperlukan. Khususnya untuk wilayah Surabaya san sekitarnya.. 
Walikota dan wakil walikota kota Surabaya yang baru sendiri mengakui bahwasannya keberadaan pedagang buku murah memiliki peran penting dalam menciptakan pemimpin – pemimpin baru.
Koleksi buku – buku di kampung ilmu  sebenarnya tak hanya berupa buku bekas saja, bahkan ada buku – buku terbaru. Buku – buku tersebut didapatkan dari penerbit penerbit dari bandung, yogakarta yang notabene  penerbit – penerbit tersebut juga sudah memasukkan ke toko – toko buku besar. Selain itu pula ada juga yang memproduksi sendiri . seperti buku – buku RPAL, RPUL, Kamus, Peta Atlas dsb.
Teknis penjualan buku – buku dikampung ilmu adalah dengan tawar menawar. Teknik di pilih karena dengan tawar menawar terjadi interaksi langsung antar pedagang dengan pembeli. Kepandaian konsumen dalam menawar harga mutlak dibutuhkan. Sebagai acuan dalam membeli buku di kampong ilmu berasumsi membeli buku tulis. Buku yang hendak dibeli disamakan ketebalannya dengan berapa kali ketebalan buku tulis, yang mana buku tulis tersebut berharga sekian rupiah dan mengalikannya
Margin yang diterima oleh pedagang dari penjualan buku baru 3000 – 5000 rupiah untuk setiap buku baru . Mengingat memang pedagang kampung ilmu lebih mengutamakan harga terjangkau dari pada orientasi profit semata. Pedagang – pedagang di kampung ilmu secara keseluruhan menyadari bahwa kalau harga buku mahal, kalangan masyarakat ekonomi lemah akan terkena dampak tersebut dan dengan cara bagaimana lagi mereka mendapatkan pengetahuan dengan harga yang murah .
  1. STRATEGI KAMPUNG ILMU
Konsep pasar yang lama dimana hanya, dianggap kurang menjawab permasalahan lapangan.sebab pola komunikasi nya masih dari atas kebawah (vertical). Padahal persaingan sudah menjadi hal yang pasti dalam dunia usaha. Pada tahun 2008  lalu seorang penulis buku tentang pemasaran yang terkenal mengatakan bahwa sekarang era pasar yang sudah mendatar, jarak antara antara pemasar dan konsumen sudah semakain mendekat. Oleh karena itu Pemasar harus mengerti betul kemauan konsumen. Model komunikasi vertical sudah kurang memberikan nilai bagi konsumen .
Kampung ilmu sudah memiliki konsep tersebut sebelumnya. Implementasi tersebut sudah diwujudkan dalam program – program yang diadakan, antara lain bidang pendidikan seperti mengadakan seminar dengan mendatangkan hermawan kertajaya sebagai pembicaranya, kursus bahasa inggris yang dibantu pihak yayasan pendidikan st. Louis. Bidang social mengadakan acara sunatan masal.
Setelah dua tahun berlalu kampung ilmu sudah mulai dikenal kembali oleh masyarakat. Omset pedagang mengalami kenaikan sedikit demi sedikit. Hal ini tidak lepas dari suksesnya “promosi” kampung ilmu melalui media cetak dan radio. Yang mana keberadaannya tidak begitu terdengar pasca terkena relokasi
  1. KAMPUNG ILMU DALAM PERKEMBANGANNYA
Suatu tujuan yang mulia dari pedagang di kampung ilmu adalah bagaimana merubah image kota Surabaya yang lebih identik dengan lokalisainya yang notabene terbesar seasia tenggara bergeser menjadi kota pendidikan dengan kampung ilmu menjadi bagian didalamnya didalamnya perlu peran serta dari pemerintah kota, masyarakat kota Surabaya
Selain itu juga. Kampong ilmu sendiri dihadapkan dengan realita masyarakat indonesia yang masih minim minat bacanya. Dalam upaya meningkatkan  minat baca masyarakat kampong ilmu dibantu oleh LSM. Karena sangat pentingnya kampoeng ilmu yang menjadi pasar buku bekas terbesar di Indonesia yang terletak Surabaya ini, maka banyak Lembaga Masyarakat (LKM) yang ingin menaungi dan mendampingi kampoeng ilmu agar masyarakat lebih berminat untuk berkunjung dan membeli buku yang dijual disana.
Untuk meningkatkan gemar membaca, hal pertama adalah berawal dari diri sendiri. Selain itu juga harus didukung keluarga dan lingkungan sekitar serta pemerintah. Untuk itu masyarakat Surabaya mendeklarasikan gerakan Surabaya Bangkit Membaca di Kampung Ilmu, Jalan Semarang Surabaya. Koordinator Kampung Ilmu, Budi Santoso, mengatakan kegiatan tersebut bertujuan untuk mengikis angka buta huruf dan meninkatkan gemar membaca di Surabaya. Gerakan Surabaya Bangkit Membaca kali ini, menurut dia, juga  telah melantik 1.000 kader baca yang akan disebar di sejumlah sudut-sudut tempat baca di Kota Surabaya. Sudut-sudut  tempat baca tersebut meliputi balai RT/RW masing-masing kelurahan, posyandu, puskesmas dan tempat-tempat umum lain. acara tersebut didukung oleh beberapa elemen masyarakat meliputi Dewan Kota, Insan Baca, Sapu Lidi, Kubaca, LMDN dan lainya.
Selain itu ada sepuluh elemen lain yang tergabung dalam deklarasi kemarin. Antara lain, Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), Peguyuban Marga Tionghoa Surabaya, Kubaca, Kawan Baca, Insan Baca, Dewan Pendidikan, dan Dewan Kota. Juga, mahasiswa ITS, Unair, dan Unesa.
Sepuluh organisasi yang dikomandani Forum Baca Tulis, Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi, serta Persatuan Perempuan Peduli Pendidikan Indonesia, akan mensosialisasikan lokasi wisata baca tersebut. Pengamat masalah pendidikan, Daniel Rosyid, berharap tempat ini mengubah kebiasaan masyarakat dan menjadikan minat membaca dari kebutuhan sekunder menjadi primer.
Gerakan untuk membangkitkan minat baca terus dilakukan. Setelah bareng-bareng membaca di Taman Flora beberapa waktu lalu, 20 Mei 2008  pelantikan kader baca ini yang bersamaan dengan deklarasi Surabaya Bangkit Membaca. Pada nantinya diteruskan dengan pelatihan-pelatihan yang bersifat intelektual supaya minat baca tak kendur. Deklarasi tersebut sekaligus menandai peringatan seabad Kebangkitan Nasional.
Untuk saat kampong ilmu masih dalam proses pembangunan area lokasi. Pembangunan infrastruktur sendiri dikampung ilmu memang dilakukan secara bertahap. Diantara pembangunan gedung tempat berjualan yang berlantai dua dan sebuah pendopo yang nantinya berfungsi sebagai perpustakaan. Yang mana perpustakaan tersebut diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin mencari buku tapi tidak memiliki dana untuk membeli buku.  Secara umum kampong ilmu memiliki gambaran untuk menjadi pasar buku yang modern. Seperti yang ada di kota yogyakarta dan bandung . Yaitu mulai dari tempat hingga wacana penggunaan teknoligi informasi
KESIMPULAN DAN SARAN
Secara umum kampong ilmu sudah bergerak kearah yang lebih baik, kepedulian terhadap pendidikan serta kota Surabaya . Dukungan dari pemerintah dalam hal membangun infrastruktur kampong ilmu sangat penting. Untuk saat ini kampong ilmu adalah embrio pasar berjiwa social. Ke depan kampong ilmu sudah memilki gambaran untuk menjadi toko buku yang lebih professional. Dari awalnya yang menjadi pemandangan yang kurang begitu indah dipinggir jalan, kampong ilmu berusaha mengubah stigma tersebut. Dan dalam 2 tahun omset sudah pulih dibandingkan dengan 2 generasi yang sebelumnya yang membutuhkan waktu lebih dari 3 tahun untuk memulihkan penjualan. Sebuah tanda yang lebih baik dengan adanya konsep yang jelas dan dukungan dari berbagai kalangan dan lapisan masyarakat serta pemerintah kampong ilmu diharapkan oleh penulis menjadi contoh PKL mandiri yang ada di Surabaya.







Read More ..