Sabtu, 28 Mei 2011

TANTANGAN BAGI PEMIMPIN BANGSA

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ 8
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan

Rasulullah SAW bersabda: ���Dunia ini ibarat kebun yang dihiasi dengan empat ornamen: ilmunya para ulama, keadilan para pemimpin, kepemurahan orang-orang kaya, dan do���anya orang-orang fakir���. [HR Abu Daud]. Peran ulama sebagai kekuatan pertama dalam membangun bangsa dan negara begitupula peran pemimpin sebagai kekuatan kedua yang tidak kalah penting.


Pertama, pemimpin haruslah menjaga amanah dan profesional. Hal itu, dijelaskan dalam Al-Qur���an: ���Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, raja berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami. Berkata Yusuf: ���Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku adalah penjaga amanah (hafidz) dan berpengetahuan (alim)." [QS Yusuf (12): 54-55].

Demikianlah kesiapan Nabi Yusuf penjaga amanah, yang dicerminkan dengan kata hafidz. Menjadi pemimpin adalah menerima amanah yang dipercayakan masyarakat kepadanya. Menunaikan amanah itu sangat berat, karena pemimpin harus menyadari bahwa padanya melekat wewenang, kekuasaan, dan harta kekayaan negara yang harus dipertanggungjawabkan, bukan hanya kepada masyarakat yang mempercayakan amanah itu, tetapi terutama ke hadapan Allah SWT.

Di samping itu pemimpin haruslah profesional yang dicerminkan dengan kata-kata berpengetahuan (alim). Seorang pemimpin yang mendapatkan amanah suatu jabatan, seharusnya telah mendapatkan tempaan dari ibadah yang dilakukannya, dan sudah selayaknya mengedepankan kejujuran, kebenaran, dan keberpihakan pada nilai-nilai Ilahiyah dalam setiap kebijakan dan tindakan yang dilakukannya.

Dengan profesionalisme yang tinggi, pemimpin harus berusaha bersungguh-sungguh memecahkan berbagai persoalan bangsa dan negara dengan perencanaan yang matang, kebijakan dan langkah yang jelas, transparansi yang terukur dan teruji, bukan semata-mata reaktif serta tambal sulam.  http://www.mosquelife.com/content.note.web-app?id=1260017

0 komentar:

Posting Komentar