Rabu, 23 Mei 2012

definisi branding

Branding kerap dilakukan guna memberi konteks yang jelas akan “sesuatu”. Branding dilakukan dengan maksud untuk menciptakan pencitraan yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh si empunya maksud. Apakah ia politikus, professional, produk jasa dan sebagainya.
Selama ini, asumsi kita lebih melihat branding sebagai sesuatu yang bersifat eksklusif semata. Gawean yang pantas dilakoni oleh orang-orang tertentu yang berkecimpung di dunia bisnis.
Padahal, kalau kita lihat secara kasat mata saja. sebenarnya tujuan branding itu apa sih? Tak lain adalah untuk melakukan penetrasi kepada khalayak tentang “keberadaan dirinya” atau Keberadaan Produknya”. Diharapkan dengan langkah tersebut, maka akan diperoleh pencitraan yang mengagumkan. Memberi efek “ingat” yang dalam kepada khalayak.
Artinya, kegiatan branding itu adalah sebuah usaha untuk memberi kejelasan yang padat. Menebar pesona yang bersifat positif kepada sebanyak-banyaknya orang. Agar bisa mendapatkan  nilai poin yang lebih dibandingkan yang lain.
Berarti, kalau dalam konteks seperti itu. Siapapun sebenarnya bisa melakukan branding. Tidak penting, apakah ia seorang penulis buku, seorang blogger, seorang pebisnis, seorang karyawan, seorang office boy. Branding tidak pandang bulu.Branding bisa di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan sifat yang lebih personal, independent dan mandiri.
Saya terinspirasi ketika saya bertemu seseorang yang bertukar fikiran dengan saya. Berkaitan adanya rencana pihak management kantor tempat ia bekerja untuk mengadakan pemilihan karyawan terbaik.
Suatu waktu ia bercerita, sebut saja namanya Lisa. Bahwa masing-masing divisi berhak mengajukan 1 karyawan untuk di sertakan sebagai peserta karyawan terbaik. Seleksi dilakukan oleh kepala divisi masing-masing. Dalam kesempatan tertentu ada perkataan si boss yang membuat lisa kurang sreg. Ketika namanya di ajukan sebagai calon. Si bos lalu berkata  “emang apa yang sudah dilakukan Lisa?”. Kontan, pertanyaan pendek itu, membuat dia sebel, kesel, dan tentu saja jengkel.
Saya fikir. Ketidak percayaan atasan kepada bawahan pasti beralasan. ada unsur sebab akibat yang kuat. Walau terkadang subyektifitas bos bisa  saja ada, walau tak terlihat.
Kalau saja kita memahami makna branding dalam konteks seperti yang terurai di atas. Yatu “upaya untuk memperjelas eksistensi diri”, Keberadaan diri dan kemampuan diri yang sesungguhnya. Tentu kita akan termotivasi meningkatkan kualitas diri, guna menciptakan brand di mata lingkungan kerja kita.
Dengan pemahaman yang kuat mengenai pengertian branding. Maka motivasi kita untuk maju dan berkembang sangat beralasan. kita akan semakin bersemangat menggali potensi-potensi yang kita miliki.
Maka gabungan antara pemahaman tentang branding dan motivasi berubah akan bersinergi dan menghasilkan kristal-kristal jati diri. Yang selanjutnya di kenal sebagai bagian dari skill yang kita miliki. Jika demikian yang terjadi, maka saya yakin kita akan lebih mudah di akui. Setidaknya, kita berada satu langkah didepan.
Sama halnya dengan lisa, jika ia sadar, bahwa ia mampu di suatu bidang, dan ia mampu mengemasnya agar terlihat bahwa kemampuannya itu melekat kuat pada dirinya. Maka si boss pasti tidak akan bertanya sesuatu yang membuat ia merasa jengkel.
Sebagai wacana berbagi.
Mari kita pahami pengertian branding dengan pemahaman yang tidak terlalu rumit, namun bisa memberi efek yang luar biasa. Mulailah memperjelas keberadaan diri anda. Mulailah menebar pesona anda. Dan ikuti dengan upaya-upaya pengembangan diri yang sesuai dengan “apa yang ingin anda capai”.
Salam Branding!

sumber : http://www.fadlymuin.com/insipirasi/pengertian-tentang-branding.html

0 komentar:

Posting Komentar